Bayangan mereka mengkilap bak permata di mataku, berjalan dengan gagahnya dan penuh wibawa. Pandangan mereka elok terjaga, tak pernah kulihat mata itu genit memandang ikhwan non mahram dan tutur katanya lembut namun tegas dengan lantangnya menyiarkan islam. Merekalah orang-orang yang aku kagumi.
"Hai Pecundang! Mau apa kau ada di dunia ini?" Katanya
"Untuk menjadi hamba Allah" Jawabnya
"Hamba Allah kau bilang? adakah Hamba Allah yang masih lalai mengerjakan kewajibannya!"Bentaknya
"Aku akan berubah" Sahutnya.
"Lalu adakah Hamba Allah yang masih membenci orang tuanya?" Kembali ia bertanya
"Aku akan berubah dan mengubur benci ini dengan seiring waktu" Sangkalnya
"Kau Hamba Allah yang acuh terhadap sunah rasulmu, benarkah" Tanyanya dengan dagu terangkat
"Benar, tapi aku akan berubah" jawabnya dengan lirih
Setelah puluhan pertanyaan dilontarkan, dengan berlinang air mata ia kembali bertanya "Lalu, kapan kau akah berubah wahai orang yang mengaku Hamba Allah? Kau benar, kau Hamba Allah... tapi yang tidak pernah benar-benar menghamba"
Inilah aku; Si Pecundang. Aku masih membenci diriku sendiri, melontarkan makian berkali-kali, hanya kebencian yang semakin membatu pada diriku sendiri.
Temaram di wajahku masih nyata, kilau mereka masih terlalu jernih untuk kugapai. Aku berlari mengejar kilau itu, tapi mereka terlalu cepat dan aku tertinggal jauh. Kupakai apa yang mereka pakai walau tak serupa, kulakukan apa yang mereka kerjakan walau tak sewaktu, namun tetap tak kudapatkan diriku seindah mereka. Duhai Tuhan, bisakah aku yang buruk hati ini berkilau seperti mereka?
Comments
Post a Comment